Sabtu, 10 April 2021

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran (Koneksi antar Materi Modul 3.1)

Pratap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hadjar Dewantara) selaku pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia yaitu Taman Siswa. Konsep pendidikan ini digagas Suwardi Suryaningrat atas dasar kajiannya terhadap ilmu pendidikan (pedagogi) yang diperoleh dari tokoh pendidikan ternama mancanegara, yaitu Maria Montessori dari Italia dan Rabidranath Tagore dari India. Konsep ini menjadi prinsip dasar para guru dalam melakukan pendidikan di Taman Siswa. Terdapat tiga unsur penting dan terkenal dalam Pratap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (ꦲꦶꦁꦔꦂꦱꦱꦸꦁꦠꦸꦭꦝ, "yang di depan memberi teladan"), (2) Ing madya mangun karsa (ꦲꦶꦁꦩꦢꦾꦩꦔꦸꦤ꧀ꦏꦂꦱ, "yang di tengah membangun kemauan"), (3) Tut wuri handayani (ꦠꦸꦠ꧀ꦮꦸꦫꦶꦲꦤ꧀ꦢꦪꦤꦶ" dari belakang mendukung").
Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, pratap triloka ini memberikan pemahaman bahwa keputusan apapun yang diambil selalu mempertimbangkan kepentingan anak murid yang nantinya dapat memberi teladan yang baik, memberikan dorongan kemauan kepada anak murid untuk maju, serta menyiratkan bahwa guru selalu ada untuk murid sebagai pendukung sejati.

Nilai-nilai yang tertanam sebagai guru penggerak tentunya sangat berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang nantinya akan kita ambil dalam suatu pengambilan keputusan khususnya yang terkait dengan dilema etika. Ada lima nilai yang tentunya harus dipahami dan dikaitkan dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, terkadang kita harus cepat dalam memutuskan sesuatu, untuk itu diperlukan nilai mandiri yang tentunya telah melalui banyak pertimbangan. Selanjutnya, dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran tentunya harus selalu merefleksikan segala sesuatu agar langkah yang diambil tepat dan dapat meminimalisir segala resiko walaupun tidak dapat memenuhi semua keinginan dari pemangku kepentingan. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran juga sangat perlu berkolaborasi dengan rekan sejawat, atasan, ataupun orang lain yang dapat memberikan sumbangan saran yang membangun dan positif dalam merumuskan pengambilan keputusan. Selain empat nilai yang sudah dijabarkan sebelumnya, seorang pemimpin pembelajaran juga harus terampil dalam menentukan keputusan yang out of the box atau inovatif dan tidak biasa-biasa saja yang dapat merubah cara pandang orang lain. Yang terakhir dan tak kalah pentingnya dengan nilai-nilai yang lain adalah segala pengambilan keputusan tentunya harus selalu berpihak pada anak karena anak adalah pusat perhatian kita sebagai seorang pendidik.

Salah satu keterampilan yang akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran khususnya ketika ingin membantu rekan sejawat/murid/orang lain dalam menyelesaikan permasalahan mereka atau membantu menemukan solusi atas dilema yang sedang mereka hadapi adalah keterampilan coaching. Prinsip coaching mengutamakan pengembangan diri orang lain untuk menemukan solusi terbaik bagi mereka yang dapat mereka temukan sendiri dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang dapat menggali segala permasalahan atau potensi yang mereka miliki.

Sebagai seorang pendidik, kita seringkali dihadapkan pada masalah-masalah yang terkait dengan moral atau etika yang membuat kita sulit untuk memilih dan memilah antara beberapa keputusan yang mungkin muncul dan semuanya terasa benar. Lima nilai-nilai yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid yang seharusnya dianut oleh seorang pendidik akan sangat berpengaruh dan membantu ketika kita sebagai seorang pendidik dihadapkan pada kasus-kasus yang berkaitan dengan moral ataupun etika. 

Setiap keputusan yang diambil tentunya akan memberikan dampak pada berbagai aspek maupun setiap stakeholder yang berkaitan langsung dengan keputusan tersebut. Dengan menerapkan empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan diharapkan segala keputusan yang telah dirumuskan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dalam menerapkan empat paradigma, tiga prinsip, serta sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan tentunya akan berbenturan dengan kendala-kendala yang terdapat di lingkungan sekolah khususnya mindset dan juga keterbukaan dari para stakeholder. Hal ini tentunya akan menjadi batu sandungan besar yang dapat menghalangi dan menghambat dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pada akhirnya, pengambilan keputusan yang diambil diharapkan dapat berpengaruh dalam memerdekakan murid-murid khususnya dalam pengajaran. Hal ini berkaitan dengan tiga prinsip pengambilan keputusan yaitu end-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking. Ketiga prinsip ini akan menjadi pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan dalam usaha memerdekakan murid-murid. Aspek lain yang tentunya juga harus dipertimbangkan adalah empat paradigma serta nilai-nilai apa saja yang terkait dalam setiap pengambilan keputusan.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang pendidik tentunya dapat mengambil keputusan yang dapat memperngaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan salah satu paradigma pengambilan keputusan yaitu paradigma jangka pendek vs jangka panjang. Proses pengambilan keputusan yang nantinya akan diformulasikan seharusnya dapat mempertimbangkan akibat atau resiko jangka panjang yang akan muncul yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan murid dan kesuksesan mereka kelak.

Sebagai penutup, keterampilan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tentunya memerlukan keterampilan dan pengetahuan lain yang akan mendukung proses pengambilan keputusan tersebut seperti pemahaman akan pendidikan yang berpihak pada anak yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, budaya positif di sekolah, Pendekatan Inkuiri Apresiatif BAGJA, teknik coaching,  serta pengetahuan dan keterampilan lain yang dapat saling mengisi satu sama lain sehingga terwujudnya pengambilan keputusan yang berpihak pada anak.

Rabu, 24 Maret 2021

Coaching (Koneksi Antar Materi Modul 2.3.a.9)

 Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Coaching juga berarti kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya yang lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003). 

Coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya. Dalam proses menuntun, guru sebagai seorang pamong memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

International Coach Federation (ICF) memberikan acuan mengenai empat kelompok dasar bagi seorang coach yaitu: 1) keterampilan membangun dasar proses coaching, 2) keterampilan membangun hubungan baik, 3) keterampilan berkomunikasi, 4) keterampilan memfasiltasi pembelajaran

Mengapa proses coaching penting dalam konteks pendidikan?

1. Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid

2. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan proses metakognisi

3. Pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menunjukkan potensinya.

Perbedaan coaching – mentoring – konseling

No.

Aspek

Coaching

Mentoring

Konseling

1.

Tujuan

Mengarahkan coachee untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memaksimalkan potensinya

Membagikan pengalamannya untuk membantu mentee mengembangkan dirinya

Membantu konseli memecahkan masalahnya

2.

Hubungan

Kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya mengarahkan saja, coachee lah yang membuat keputusannya sendiri

Hubungan antara seseorang yang berpengalaman dan yang kurang berpengalaman. Mentor langsung memberikan tips bagaimana menyelesaikan suatu masalah atau mencapai sesuatu

Hubungan antara seorang ahli dan seseorang yang membutuhkan bantuannya. Konselor bisa saja langsung memberikan solusi.

3.

Keahlian

Coach bisa saja seorang ahli, guru, teman atau rekan kerja.

Mentor adalah seseorang yang berpengalaman dalam bidangnya

Konselor adalah seseorang yang ahli dibidangnya

 

Prinsip-prinsip coaching

Kemitraan: ditandai oleh adanya tujuan percakapan yang disepakati dan idealnya tujuan datang dari coachee

 Percakapan kreatif: percakapan dua arah, percakapan dilakukan untuk menggali dan memetakan situasi coachee, percakapan ditujukan untuk menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.

Memaksimalkan potensi: percakapan harus ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh ­coachee. Selain itu, percakapan harus menghasilkan rencana tindakan.

Coaching model GROW-TIRTA

TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Selanjutnya, TIRTA dikembangkan dan diaplikasikan dalam proses coaching  dengan tahapan Tujuan, Identifikasi, Rancangan aksi, dan Tanggung jawab.


Sabtu, 13 Februari 2021

Pembelajaran Berdiferensiasi (Koneksi antar Materi Modul 2.1.a.9)

A. Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah sebuah strategi pembelajaran yang mempertimbangkan pada kesiapan, minat  dan profil murid untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar mereka. Strategi ini menyesuaikan pada diferensiasi konten, proses, dan produk untuk mencapai kesuksesan belajar murid.

Esensi dari pembelajaran berdiferensiasi adalah empati. ketika kita bisa memahami murid dengan empati dan berusaha mempertimbangkan metode pengajaran berdasarkan kondisi murid yang berbeda-beda, maka kita sudah melakukan diferensiasi.

Sebelum melakukan modifikasi pada strategi mengajar yang terkait dengan proses, konten, dan produk, seorang guru terlebih dahulu harus melakukan pemetaan terhadap kesiapan belajar murid, minat, serta profil belajar mereka. 

Selain melakukan pemetaan, hal lain yang dapat dilakukan guru adalah menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan bekerja keras mencapai tujuan belajar. Murid perlu diberi dukungan pada setiap proses pembelajaran melalui manajemen kelas yang efektif, pemberian tujuan pembelajaran yang jelas, penilaian berkelanjutan, respon kebutuhan belajar murid, pembuatan Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) yang efektif, penerapapan pembelajaran berdiferensiasi, dan penilaian dan evaluasi yang berkelanjutan.

B. Sekilas tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1. RPP yang memuat pembelajaran berdiferensiasi sama dengan RPP lainnya dan bukan RPP jenis baru.
2. RPP yang memuat pembelajaran berdiferensiasi mempertimbangkan kebutuhan belajar murid yang melihat kesiapan, minat, dan profil belajar siswa.
3. Skenario pembelajaran dalam RPP akan mendeskripsikan bagaimana cara memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut.
4. RPP yang memuat pembelajaran berdiferensiasi akan mendeskripsikan secara jelas apa yang ingin dicapai (tujuan pembelajaran), bagaimana guru akan mengukur ketercapaian tujuan (assessmen), dan bagaimana cara guru membantu siswa untuk mencapai tujuan tersebut.

Diferensiasi tidak berarti bahwa guru harus dapat memenuhi kebutuhan semua individu setiap saat atau setiap waktu. Namun, guru memang diharapkan dapat menggunakan berbagai pendekatan belajar sehingga sebagian besar murid menemukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.


Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran (Koneksi antar Materi Modul 3.1)

Pratap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hadjar Dewantara) selaku pendiri organisasi ...