Sabtu, 10 April 2021

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran (Koneksi antar Materi Modul 3.1)

Pratap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hadjar Dewantara) selaku pendiri organisasi pergerakan nasional Indonesia yaitu Taman Siswa. Konsep pendidikan ini digagas Suwardi Suryaningrat atas dasar kajiannya terhadap ilmu pendidikan (pedagogi) yang diperoleh dari tokoh pendidikan ternama mancanegara, yaitu Maria Montessori dari Italia dan Rabidranath Tagore dari India. Konsep ini menjadi prinsip dasar para guru dalam melakukan pendidikan di Taman Siswa. Terdapat tiga unsur penting dan terkenal dalam Pratap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (ꦲꦶꦁꦔꦂꦱꦱꦸꦁꦠꦸꦭꦝ, "yang di depan memberi teladan"), (2) Ing madya mangun karsa (ꦲꦶꦁꦩꦢꦾꦩꦔꦸꦤ꧀ꦏꦂꦱ, "yang di tengah membangun kemauan"), (3) Tut wuri handayani (ꦠꦸꦠ꧀ꦮꦸꦫꦶꦲꦤ꧀ꦢꦪꦤꦶ" dari belakang mendukung").
Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, pratap triloka ini memberikan pemahaman bahwa keputusan apapun yang diambil selalu mempertimbangkan kepentingan anak murid yang nantinya dapat memberi teladan yang baik, memberikan dorongan kemauan kepada anak murid untuk maju, serta menyiratkan bahwa guru selalu ada untuk murid sebagai pendukung sejati.

Nilai-nilai yang tertanam sebagai guru penggerak tentunya sangat berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang nantinya akan kita ambil dalam suatu pengambilan keputusan khususnya yang terkait dengan dilema etika. Ada lima nilai yang tentunya harus dipahami dan dikaitkan dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, terkadang kita harus cepat dalam memutuskan sesuatu, untuk itu diperlukan nilai mandiri yang tentunya telah melalui banyak pertimbangan. Selanjutnya, dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran tentunya harus selalu merefleksikan segala sesuatu agar langkah yang diambil tepat dan dapat meminimalisir segala resiko walaupun tidak dapat memenuhi semua keinginan dari pemangku kepentingan. Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran juga sangat perlu berkolaborasi dengan rekan sejawat, atasan, ataupun orang lain yang dapat memberikan sumbangan saran yang membangun dan positif dalam merumuskan pengambilan keputusan. Selain empat nilai yang sudah dijabarkan sebelumnya, seorang pemimpin pembelajaran juga harus terampil dalam menentukan keputusan yang out of the box atau inovatif dan tidak biasa-biasa saja yang dapat merubah cara pandang orang lain. Yang terakhir dan tak kalah pentingnya dengan nilai-nilai yang lain adalah segala pengambilan keputusan tentunya harus selalu berpihak pada anak karena anak adalah pusat perhatian kita sebagai seorang pendidik.

Salah satu keterampilan yang akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran khususnya ketika ingin membantu rekan sejawat/murid/orang lain dalam menyelesaikan permasalahan mereka atau membantu menemukan solusi atas dilema yang sedang mereka hadapi adalah keterampilan coaching. Prinsip coaching mengutamakan pengembangan diri orang lain untuk menemukan solusi terbaik bagi mereka yang dapat mereka temukan sendiri dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang dapat menggali segala permasalahan atau potensi yang mereka miliki.

Sebagai seorang pendidik, kita seringkali dihadapkan pada masalah-masalah yang terkait dengan moral atau etika yang membuat kita sulit untuk memilih dan memilah antara beberapa keputusan yang mungkin muncul dan semuanya terasa benar. Lima nilai-nilai yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid yang seharusnya dianut oleh seorang pendidik akan sangat berpengaruh dan membantu ketika kita sebagai seorang pendidik dihadapkan pada kasus-kasus yang berkaitan dengan moral ataupun etika. 

Setiap keputusan yang diambil tentunya akan memberikan dampak pada berbagai aspek maupun setiap stakeholder yang berkaitan langsung dengan keputusan tersebut. Dengan menerapkan empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan diharapkan segala keputusan yang telah dirumuskan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dalam menerapkan empat paradigma, tiga prinsip, serta sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan tentunya akan berbenturan dengan kendala-kendala yang terdapat di lingkungan sekolah khususnya mindset dan juga keterbukaan dari para stakeholder. Hal ini tentunya akan menjadi batu sandungan besar yang dapat menghalangi dan menghambat dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pada akhirnya, pengambilan keputusan yang diambil diharapkan dapat berpengaruh dalam memerdekakan murid-murid khususnya dalam pengajaran. Hal ini berkaitan dengan tiga prinsip pengambilan keputusan yaitu end-based thinking, rule-based thinking, dan care-based thinking. Ketiga prinsip ini akan menjadi pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan dalam usaha memerdekakan murid-murid. Aspek lain yang tentunya juga harus dipertimbangkan adalah empat paradigma serta nilai-nilai apa saja yang terkait dalam setiap pengambilan keputusan.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang pendidik tentunya dapat mengambil keputusan yang dapat memperngaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan salah satu paradigma pengambilan keputusan yaitu paradigma jangka pendek vs jangka panjang. Proses pengambilan keputusan yang nantinya akan diformulasikan seharusnya dapat mempertimbangkan akibat atau resiko jangka panjang yang akan muncul yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan murid dan kesuksesan mereka kelak.

Sebagai penutup, keterampilan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran tentunya memerlukan keterampilan dan pengetahuan lain yang akan mendukung proses pengambilan keputusan tersebut seperti pemahaman akan pendidikan yang berpihak pada anak yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, budaya positif di sekolah, Pendekatan Inkuiri Apresiatif BAGJA, teknik coaching,  serta pengetahuan dan keterampilan lain yang dapat saling mengisi satu sama lain sehingga terwujudnya pengambilan keputusan yang berpihak pada anak.

Rabu, 24 Maret 2021

Coaching (Koneksi Antar Materi Modul 2.3.a.9)

 Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Coaching juga berarti kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya yang lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003). 

Coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya. Dalam proses menuntun, guru sebagai seorang pamong memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

International Coach Federation (ICF) memberikan acuan mengenai empat kelompok dasar bagi seorang coach yaitu: 1) keterampilan membangun dasar proses coaching, 2) keterampilan membangun hubungan baik, 3) keterampilan berkomunikasi, 4) keterampilan memfasiltasi pembelajaran

Mengapa proses coaching penting dalam konteks pendidikan?

1. Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid

2. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan proses metakognisi

3. Pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menunjukkan potensinya.

Perbedaan coaching – mentoring – konseling

No.

Aspek

Coaching

Mentoring

Konseling

1.

Tujuan

Mengarahkan coachee untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memaksimalkan potensinya

Membagikan pengalamannya untuk membantu mentee mengembangkan dirinya

Membantu konseli memecahkan masalahnya

2.

Hubungan

Kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya mengarahkan saja, coachee lah yang membuat keputusannya sendiri

Hubungan antara seseorang yang berpengalaman dan yang kurang berpengalaman. Mentor langsung memberikan tips bagaimana menyelesaikan suatu masalah atau mencapai sesuatu

Hubungan antara seorang ahli dan seseorang yang membutuhkan bantuannya. Konselor bisa saja langsung memberikan solusi.

3.

Keahlian

Coach bisa saja seorang ahli, guru, teman atau rekan kerja.

Mentor adalah seseorang yang berpengalaman dalam bidangnya

Konselor adalah seseorang yang ahli dibidangnya

 

Prinsip-prinsip coaching

Kemitraan: ditandai oleh adanya tujuan percakapan yang disepakati dan idealnya tujuan datang dari coachee

 Percakapan kreatif: percakapan dua arah, percakapan dilakukan untuk menggali dan memetakan situasi coachee, percakapan ditujukan untuk menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.

Memaksimalkan potensi: percakapan harus ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh ­coachee. Selain itu, percakapan harus menghasilkan rencana tindakan.

Coaching model GROW-TIRTA

TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Selanjutnya, TIRTA dikembangkan dan diaplikasikan dalam proses coaching  dengan tahapan Tujuan, Identifikasi, Rancangan aksi, dan Tanggung jawab.


Sabtu, 13 Februari 2021

Pembelajaran Berdiferensiasi (Koneksi antar Materi Modul 2.1.a.9)

A. Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah sebuah strategi pembelajaran yang mempertimbangkan pada kesiapan, minat  dan profil murid untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar mereka. Strategi ini menyesuaikan pada diferensiasi konten, proses, dan produk untuk mencapai kesuksesan belajar murid.

Esensi dari pembelajaran berdiferensiasi adalah empati. ketika kita bisa memahami murid dengan empati dan berusaha mempertimbangkan metode pengajaran berdasarkan kondisi murid yang berbeda-beda, maka kita sudah melakukan diferensiasi.

Sebelum melakukan modifikasi pada strategi mengajar yang terkait dengan proses, konten, dan produk, seorang guru terlebih dahulu harus melakukan pemetaan terhadap kesiapan belajar murid, minat, serta profil belajar mereka. 

Selain melakukan pemetaan, hal lain yang dapat dilakukan guru adalah menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan bekerja keras mencapai tujuan belajar. Murid perlu diberi dukungan pada setiap proses pembelajaran melalui manajemen kelas yang efektif, pemberian tujuan pembelajaran yang jelas, penilaian berkelanjutan, respon kebutuhan belajar murid, pembuatan Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) yang efektif, penerapapan pembelajaran berdiferensiasi, dan penilaian dan evaluasi yang berkelanjutan.

B. Sekilas tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1. RPP yang memuat pembelajaran berdiferensiasi sama dengan RPP lainnya dan bukan RPP jenis baru.
2. RPP yang memuat pembelajaran berdiferensiasi mempertimbangkan kebutuhan belajar murid yang melihat kesiapan, minat, dan profil belajar siswa.
3. Skenario pembelajaran dalam RPP akan mendeskripsikan bagaimana cara memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut.
4. RPP yang memuat pembelajaran berdiferensiasi akan mendeskripsikan secara jelas apa yang ingin dicapai (tujuan pembelajaran), bagaimana guru akan mengukur ketercapaian tujuan (assessmen), dan bagaimana cara guru membantu siswa untuk mencapai tujuan tersebut.

Diferensiasi tidak berarti bahwa guru harus dapat memenuhi kebutuhan semua individu setiap saat atau setiap waktu. Namun, guru memang diharapkan dapat menggunakan berbagai pendekatan belajar sehingga sebagian besar murid menemukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.


Sabtu, 26 Desember 2020

Sosialisasi Manfaat Kesepakatan kelas kepada Rekan Sejawat (Aksi Nyata Modul 1.4 – Resky Januarty)

 

A.     Latar Belakang

Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan bermakna merupakan impian setiap murid, guru, dan seluruh warga sekolah. Untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang diimpikan setiap warga sekolah khususnya murid diperlukan kerjasama yang baik, mulai dari teladan dari orang dewasa, serta pembiasaan dan aturan yang konsisten. Lingkungan sekolah impian tersebut dapat diwujudkan dengan menciptakan budaya positif di sekolah.

Budaya positif sangat penting untuk diwujudkan, dikembangkan serta dipertahankan di sekolah, rumah, ataupun lingkungan lain. Hal ini dapat membangun karakter manusia sebagai pribadi dan juga warga negara yang baik. Penerapan budaya positif juga dapat menjauhkan generasi muda dari perilaku negatif seperti berkata kotor, berbohong, perkelahian, perundungan (bullying), dan perilaku negatif lainnya.

Perwujudan budaya positif dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti posisi kontrol guru sebagai manager, disiplin positif untuk menumbuhkan motivasi intrinsik siswa dalam menyadari kesalahan dan menemukan sendiri solusi atas permasalahan yang mereka hadapi, serta kesepakatan kelas yang dibuat bersama untuk dapat dipatuhi dan menjadi acuan dalam mewujudkan kelas yang diimpikan.

Salah satu hal yang paling sederhana yang dapat dilakukan dalam mewujudkan budaya posiif di sekolah adalah membuat kesepakatan kelas. Sebagai calon guru penggerak, manfaat dari kesepekatan kelas seharusnya tidak disimpan sendiri dan tidak hanya diterapkan di kelas sendiri, maka dari itu penting untuk dilakukan sosialisasi kepada atasan dan juga rekan sejawat  tentang bagaimana cara pembuatan kelas hingga manfaat yang akan diperoleh setelah membuat kesepakatan tersebut.

B.     Deskripsi Aksi Nyata

1.     Tahapan awal aksi nyata dimulai dengan menyampaikan tentang kesepakatan kelas yang telah dilakukan di beberapa kelas kepada atasan beserta manfaat yang telah dan akan didapatkan setelah membuat kesepakatan kelas.

2.     Langkah selanjutnya adalah menyampaikan tentang kesepakatan kelas serta manfaatnya kepada beberapa rekan sejawat. Dalam langkah ini, sekaligus dideskripsikan langkah-langkah dalam membuat kesepakatan kelas dan siapa saja yang harus terlibat dalam pembuatan kesepakatan tersebut.

3.   Langkah terakhir adalah memperlihatkan hasil kesepakatan kelas kepada wali kelas/rekan sejawat yang telah ditempel pada dinding kelas sekaligus mengajak mereka untuk ikut serta membuat kesepakatan di kelas masing-masing dalam rangka mewujudkan budaya positif.

C.     Hasil Aksi Nyata

Ada beberapa hasil yang tampak setelah melakukan aksi nyata:

1.   Atasan tampak antusias dalam mendengarkan tentang penyampaian budaya positif di sekolah khususnya tentang pembuatan kesepakatan kelas yang melibatkan siswa dalam mewujudkan kelas impian mereka

2.      Rekan sejawat menyatakan mendapatkan wawasan baru tentang pembuatan kesepakatan kelas. Hal ini merupakan inovasi bagi mereka karena aturan biasanya hanya dibuat sepihak oleh guru tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan murid. Kesepakatan kelas merupakan angin segar bagi guru dan murid untuk dapat mewujudkan budaya positif di sekolah.

3.      Terwujudnya kolaborasi antara calon guru penggerak, rekan sejawat dan juga atasan.

D.     Pembelajaran yang didapatkan

1.      Keberhasilan

Dalam aksi nyata ini, keberhasilan yang berhasil dicapai adalah terjalinnya kolaborasi antara calon guru penggerak, rekan sejawat dan juga atasan. Selain itu, atasan dan rekan sejawat juga mendapatkan wawasan baru mengenai perwujudan budaya positif di sekolah khususnya pembuatan kesepakatan kelas yang melibatkan guru dan seluruh murid dalam menciptakan kelas impian yang berpihak pada murid.

2.      Kegagalan

Selain keberhasilan, terdapat juga beberapa kegagalan dalam aksi nyata ini yaitu tidak semua rekan sejawat dapat dijangkau dalam penyampaian manfaat kesepakatan kelas karena waktu pelaksanaan di penghujung semester. Selain itu, pembuatan kesepakatan kelas oleh rekan sejawat juga belum bisa dilaksanakan karena waktu yang tidak memungkinkan.

E.     Rencana Perbaikan

Untuk pelaksanaan sosialisasi selanjutnya, perlu diagendakan dengan baik tentang pemilihan waktu yang tepat agar semua pihak dapat terlibat dan merasakan manfaat dari kegiatan tersebut.

F.     Dokumentasi


Penyampaian tentang kesepakatan kelas dan memperlihatkannya langsung kepada rekan sejawat

Penyampaian tentang kesepakatan kelas dan memperlihatkannya langsung kepada rekan sejawat

Penyampaian tentang kesepakatan kelas dan manfaatnya kepada atasan

Penyampaian kesepakaan kelas kepada rekan sejawat





Sabtu, 19 Desember 2020

MEMBANGUN KOMITMEN DALAM MENYEPAKATI TUGAS ALTERNATIF UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ) - Aksi Nyata Modul 1.3

A.       LATAR BELAKANG

Ada banyak kendala yang dihadapi oleh dunia pendidikan selama masa pandemi covid-19, termasuk guru, murid dan orangtua murid. Sekolah dan juga pihak sekolah mulai mengubah strategi pembelajaran yang awalnya adalah tatap muka menjadi pembelajaran non-tatap muka atau ada yang menyebut pembelajaran online dan juga Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pemerintah juga menyediakan berbagai aplikasi pembelajaran yang dapat diakses dan digunakan oleh guru dan siswa.

Pembelajaran Jarak Jauh dengan menggunakan metode daring mendatangkan keresahan tersendiri baik bagi guru, murid, ataupun orangtua murid. Keterbatasan fasilitas tidak jarang membuat murid ketinggalan materi pembelajaran dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Menurut hasil observasi pribadi, kurang dari 50% murid aktif dalam pembelajaran daring. Hal tersebut paling banyak disebabkan oleh kurangnya motivasi murid, kendala koneksi internetdan juga fasilitas yang kurang mendukung. Akibat kendala-kendala tersebut,, tugas-tugas murid yang merupakan portfolio dan pertimbangan dalam pemberian nilai di akhir semester pun menjadi sulitbagi murid untuk dikumpulkan

Untuk menyiasati tertinggalnya beberapa murid dalam pembelajaran non tatap muka dan menutupi portfolio tugas semester ganjil ini,  perlu dibangun komitmen bersama untuk menyepakati tugas alternatif pengganti tugas-tugas yang tertinggal. Tugas alternatif ini diharapkan dapat sedikit menutupi tugas-tugas yang tertinggal selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan yang terpenting adalah tanggung jawab dan kesadaran siswa dapat terbangun. Siswa dapat bebas memilih tugas alternatif yang mampu mereka kerjakan seperti membuat review materi dalam bentuk tulisan ataupun lisan, bisa juga berupa pemaparan pengalaman mereka selama PJJ, membuat gambar tentang apa yang mereka rasakan selama PJJ, dan bentuk lain yang nantinya disepakati dan sesuai dengan kemampuan dan minat mereka sehingga siswa merasa tidak terbebani dan dapat mencapai visi murid merdeka. Selain itu, pemberian tugas alternatif ini juga diharapkan mampu membangun kembali motivasi murid,  memberikan pengalaman pembelajaran bermakna bagi mereka, serta melatih murid menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab dan konsisten.

B.        DESKRIPSI KEGIATAN AKSI NYATA

Pada aksi nyata kali ini, diterapkan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) dengan tahapan BAGJA untuk dapat mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh murid sehingga mereka tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran daring sampai kepada tindakan yang akan dilakukan untuk dapat kembali memotivasi murid agar kembali bersemangat dan dapat mengumpulkan tugas alternatif sebagai portfolio di semester ganjil ini. 

1.      B-uat Pertanyaan

Mengidentifikasi kesulitan murid selama Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) dan hal apa saja yang menjadi potensi atau kekuatan mereka termasuk minat dan hal yang mereka senangi yang dapat dikaitkan dengan pengumpulan tugas sebagai bahan portfolio

2.      A-mbil Pelajaran

Merumukan hasil wawancara siswa tentang kendala atau kesulitan yang mereka hadapi selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan aspek-aspek yang akan dipertimbangkan dalam merumuskan tugas alternatif bagi mereka.

3.      G-ali mimpi

Menjabarkan harapan siswa terkait pembelajaran daring yang mereka inginkan serta tugas alternatif yang dapat mereka kerjakan untuk memenuhi portfolio semester ini.

4.      J-abarkan Rencana

Membuat komitmen bersama dengan  siswa tentang tugas alternatif yang mereka sepakati serta jangka waktu pengerjaan dan pengumpulan serta teknik pengumpulan tugas alternatif tersebut.

5.      A-tur Eksekusi

Menyampaikan hasil diskusi dan kesepakatan bersama kepada seluruh siswa dan juga orangtua siswa.

C.       HASIL AKSI NYATA

Dari empat kelas yang diampu, kebanyakan siswa memilih tugas alternatif berupa menyimpulkan materi pembelajaran pada semester ganjil ini dalam bentuk tulisan yang nantinya akan difoto dan dikirimkan melalui akun pribadi whatsapp guru yang bersangkutan. Ada pula siswa yang memilih untuk mengantarkannya langsung ke sekolah akibat kendala fasilitas. Mengenai batas waktu pengumpulan tugas, siswa bersepakat untuk mengerjakan dan mengumpulkannya paling lambat satu pekan sejak komitmen bersama itu disepakati. Setelah menelusuri lebih mendalam mengapa siswa kebanyakan memilih untuk membuat rumusan kesimpulan materi dikarenakan siswa ingin sekaligus belajar dan mendalami materi. Selain itu, guru juga masih memberikan kebebasan dan pilihan-pilihan lain kepada siswa untuk memenuhi tugas alternatif yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.

D.       PEMBELAJARAN YANG DIDAPATKAN

1.      Keberhasilan

Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan bersama tugas alternatif yang disepakati untuk memenuhi tugas-tugas mereka yang tertinggal dapat membangun tanggung jawab dan juga partisipasi aktif mereka dalam mengemukakan pendapat. Selain itu, hal ini juga sekaligus dapat mengidentifikasi kendala yang dirasakan oleh murid dan orangtua selama Pembelajaran Jarak Jauh.

2.      Kegagalan

Dari hasil aksi nyata yang dilakukan, terdapat beberapa kegagalan yang muncul. Yang pertama adalah siswa belum sepenuhnya terlibat aktif dalam memberikan pendapat, selain itu siswa hanya cenderung memilih tugas alternatif yang monoton. Yang kedua, tidak semua siswa mengumpulkan tugas alternatif yang telah disepakati.

E.       RENCANA PERBAIKAN

Pada pelaksanaan selanjutnya, guru akan memberikan wawasan awal terlebih dahulu kepada siswa tentang alternatif tugas yang dapat mereka kerjakan seperti menggambar, bercerita berupa monolog ataupun bentuk lain  yang dapat menambah pengalaman belajar bermakna mereka sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan murid.

F.       DOKUMENTASI


Mendengarkan keluh kesah siswa tentang hambatan selama PJJ

Menyepakati tugas alternatif yang akan dikumpulkan

Mewawancarai beberapa siswa tentang permasalahan yang dihadapi
dan tugas alternatif yang mampu dikerjakan

Rabu, 02 Desember 2020

REFLEKSI SEBAGAI BAHAN EVALUASI DAN PERBAIKAN DIRI (Aksi Nyata Modul 1.2)

 

           ALATAR BELAKANG

Refleksi merujuk pada upaya berpikir secara mendalam atas apa yang telah dilakukan. Dalam hal ini, guru memikirkan ulang tentang semua hal yang telah terjadi baik dalam proses pembelajaran ataupun interaksi yang terjadi dengan warga sekolah dalam bentuk-bentuk kegiatan intrakurikuler ataupun ekstrakurikuler.

Sebagai tenaga profesional, guru selayaknya selalu melakukan evaluasi ataupun perbaikan atas tugas- tugas yang dilakukan sehari-hari agar dapat lebih mengenali diri baik dari segi kompetensi ataupun kepribadian. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam melakukan evaluasi atau perbaikan diri adalah refleksi. Refleksi dapat dilakukan oleh diri sang guru itu sendiri ataupun oleh rekan sejawat. Refleksi dari diri sendiri cenderung subjektif maka perlu ditambahkan refleksi dari rekan sejawat ataupun siswa. Refleksi dapat dilakukan dengan menuliskan jurnal harian ataupun dalam bentuk kuesioner.

Sebagai seorang calon guru penggerak ada beberapa kompetensi yang harus dimilki diantaranya adalah mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin pengembangan sekolah dan memimpin manajemen sekolah. Diantara kompetensi-kompetensi tersebut ada beberapa kompetensi yang sudah dimiliki dan selebihnya perlu ditingkatkan dari hasil refleksi diri. Untuk mendukung hasil refleksi diri, diperlukan refleksi dari rekan sejawat untuk dapat melakukan peningkatan kompetensi kedepannya sehingga mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid.

B.       DESKRIPSI KEGIATAN AKSI NYATA

1.      Perencanaan

Pada tahap awal, Calon guru penggerak memulai dengan membuat kuesioner untuk melakukan refleksi diri dan refleksi dari rekan sejawat. Kuesioner yang diambil adalah kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner daftar kompetensi guru penggerak yang diberikan oleh pendamping untuk mengevaluasi diri atas kompetensi yang telah dimiliki yang didalamnya terdapat komponen mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, dan memimpin manajemen sekolah.

2.      Tindakan

Sebelum memberikan kuesioner daftar kompetensi guru penggerak kepada rekan sejawat, calon guru penggerak terlebih dahulu mengisi kuesioner tersebut dengan mengingat kembali hal-hal yang telah dilakukan terkait dengan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh seorang guru penggerak. Setelah itu, kuesioner diberikan kepada tiga orang rekan sejawat untuk mengetahui pandangan mereka tentang kompetensi yang dimiliki calon guru penggerak selama ini. Sesekali, Calon guru penggerak dan rekan sejawat berdiskusi ringan tentang maksud dari isi kuesioner tersebut untuk memudahkan pengisian.

3.      Analisis data

Setelah melakukan pengumpulan data atas kuesioner yang telah diisi baik refleksi diri calon guru penggerak maupun refleksi dari tiga orang rekan sejawat, selanjutnya dilakukan analisis data deskriptif untuk membandingkan dan merumuskan hasil data kuesioner yang nantinya akan menjadi bahan untuk perbaikan kompetensi yang sudah atau belum dimiliki oleh calon guru penggerak.

C.       HASIL AKSI NYATA

Setelah melakukan seluruh tahapan aksi nyata mulai dari perencanaan, tindakan sampai kepada analisis hasil kuesioner refleksi diri dan refleksi dari rekan sejawat, dapat disimpulkan beberapa komponen yang sudah dimiliki, masih perlu ditingkatkan dan belum dimiliki.

A.      kOMPETENSI MENGEMBANGKAN DIRI DAN ORANG LAIN

Belum dilakukan

Mulai dilakukan

Sering dilakukan

Konsisten dilakukan

 

 

 

Menunjukkan praktik pengembangan diri yang didasari kesadaran dan kemauan pribadi (self-regulated learning)

 

 

Mengembangkan kompetensi warga sekolah untuk meningkatkan kualitas murid (facilitating, coaching, mentoring)

 

 

 

 

Berpartisipasi aktif dalam organisasi profesi kepemimpinan sekolah dan komunitas lain untuk pengembangan karir.

 

 

 

Menunjukkan kematangan moral, emosi, dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik

B.      kompetensi memimpin pembelajaran

 

 

Memimpin upaya membangun lingkungan belajar yang berpusat pada murid

 

 

Memimpin perencanaan dan pelaksanaan proses belajar yang berpusat pada murid

 

 

 

Memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada murid

 

 

 

 

Melibatkan orangtua sebagai pendamping dan sumber bealajar di sekolah

 

C.      kompetensi memimpin manajemen sekolah

Memimpin upaya mewujudkan visi sekolah menjadi budaya belajar yang berpihak pada murid

 

 

 

 

 

 

 

Memimpin dan mengelola program sekolah yang berdampak pada murid

 

 

Dari hasil analisis data didapatkan bahwa calon guru penggerak telah konsisten dalam mengembangkan diri dan orang lain, ini menandakan bahwa calon guru penggerak telah memiliki kompetensi tersebut. Untuk kompetensi memimpin pembelajaran, calon guru penggerak telah mulai dan sering melakukan beberapa indikator kompetensi namun masih perlu ditingkatkan. Hal yang masih belum dimiliki dan perlu ditingkatkan oleh calon guru penggerak adalah kompetensi memimpin manajemen sekolah.

D.       PEMBELAJARAN YANG DIDAPATKAN

1.      Keberhasilan

Dari hasil refleksi yang dilakukan calon guru penggerak baik dari dirinya sendiri maupun oleh rekan sejawat didapatkan beberapa fakta tentang kompetensi yang sudah dimiliki, masih perlu ditingkatkan dan belum dimiliki. Hal ini akan menjadi bahan evaluasi dan pelajaran untuk lebih mengembangkan kompetensi dalam mewujudkan nilai dan peran guru penggerak yang diharapkan yang dapat mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan berpihak pada murid. Dari hasil refleksi ini pula, kolaborasi dan komunikasi yang lebih efektif akan dibangun dengan seluruh warga sekolah dalam kaitannya dengan peningkatan kompetensi diri dan juga orang lain.

2.      Kegagalan

Pada proses pengumpulan data, dari hasil observasi yang dilakukan terlihat bahwa responden dalam hal ini rekan sejawat masih cenderung ingin memberikan penilaian positif ataupun penilaian tertinggi dari apa yang disajikan pada kuesioner dan tidak berdasarkan apa yang telah terjadi atau fakta yang ada di lapangan.

E.       RENCANA PERBAIKAN

Untuk refleksi selanjutnya, guru akan melakukan evaluasi dengan cara meminta pendapat dan tanggapan melalui wawancara langsung dengan rekan sejawat dan juga siswa untuk menambah jumlah responden disertai dengan jurnal hasil penilaian diri atas kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru penggerak. Hal ini bertujuan agar data yang didapatkan lebih valid dan mendapatkan hasil yang optimal.

F.      
DOKUMENTASI

Penjelasan instruksi kuesioner kepada rekan sejawat


Pengisisan kuesioner oleh rekan sejawat

Hasil isian kuesioner oleh rekan sejawat

Pengisian kuesioner oleh rekan sejawat


Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran (Koneksi antar Materi Modul 3.1)

Pratap Triloka adalah sebuah konsep pendidikan yang digagas oleh Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hadjar Dewantara) selaku pendiri organisasi ...